Rabu, 26 Maret 2014

Children Record VI

Rekaman Anak-Anak VI

Panas tengah hari telah cukup berkurang dan sekarang agak lebih mudah bertahan di luar.


Biarpun langit belum terlalu gelap, lampu-lampu jalan mulai menyala satu per satu.

“A-apakah ini beneran.....”

Aku tidak bisa mempercayai mataku, tapi setelah aku mengecek beberapa kali tentang hal ini, peristiwa bersejarah di depanku ini benar-benar sebuah ‘kenyataan’.

Apa yang kubicarakan dari tadi adalah mesin penjual otomatis.

Sampai sekarang, aku selalu mengabaikan slogan ‘kalau kamu beruntung, kamu akan dapat ekstra!’, tapi mesin penjual otomatis yang mempunyai rulet listrik lebai di depanku ini, tak diragukan lagi, berulang kali menampilkan ‘Jackpot!’

“Jadi itu bukan cuma legenda......!”

Saat aku memasukkan tanganku ke tempat pengambilan minumannya, aku merasakan dinginnya botol plastik yang telah menjadi dua.

Saat aku mencoba mengambilnya, tak diragukan lagi, dua botol soda hitam menawan ini benar-benar ada di dekapanku.

Sekeping kebahagiaan mengalir dari tanganku menuju seluruh tubuhku.

Ahh, enak sekali seandainya aku bisa meminum semua ini dalam satu tegukan, tapi untuk kali ini saja, aku memutuskan untuk sabar.

“Aku tidak perlu lagi beli dua soda.”

Kataku dan memberikan salah satu minuman berkarbonat ini ke Konoha, dia berterima kasih kepadaku dengan kata-kata tak berkias sama sekali, “Ah, makasih.”

Kami berdua berdiri di samping mesin penjual otomatis, lalu aku secepatnya meneguk soda itu masuk ke dalam tubuhku.

Berderu, larutan gula yang meletus-letus menstimulasi badanku dengan kasar, mengalir dari tenggorokanku, ke esofagusku, dan sampai ke seluruh organ di perutku.

Ahh.....ini dia. Ini dia.

Ini adalah ‘kondisi mental’, yang hanya bisa di dapat oleh seseorang yang melalui pendakian gunung mematikan pada terik membara matahari.

Pada puncak gunung itu, aku baru saja memulai interaksiku dengan jiwa dari soda.

Sebuah jamuan makan yang dalam, kasar, gila sampai-sampai aku tidak bisa mengatakan apapun untuk itu.

Ahh, jadi begitu yah. Jadi soda adalah password menuju surga yang telah Tuhan berikan kepada setiap orang dengan rata.

“Semoga soda diberkahi untuk selamanya.......”

“A-apa yang kau katakan?”

Sial.

Aku terlalu keasikan dengan soda dan benar-benar melupakan Konoha yang tertinggal.

Tapi aku jadi menyadari botol yang Konoha pegang telah habis sehabis-habisnya, dan aku tidak bisa menahan kebahagiaanku.

“Enak, kan?”

Kataku, dan Konoha mengangguk dua kali.

Sementara kami melakukan hal ini, langit mulai berubah menjadi warna hitam-soda.

Biarpun matahari keluar lebih lama saat pertengahan musim panas, sekarang sudah gelap, huh.

“Waktu......ia berlalu dalam sekejap mata.”

Konoha juga memandang langit.

Biarpun dia menyembunyikannya di balik botol plastik, ada lubang besar di tengah bajunya.

Aku segera meminum sisa sodaku dan membuang botolnya ke tempat sampah mesin penjual otomatis.

“Hei, Konoha.”

“Apa?”

Konoha melihatku dengan ekspresi datarnya yang biasa.

Aku mulai sedikit demi sedikit mengerti kalau ini adalah bagaimana dirinya itu.

Tidak kelihatan dari wajahnya, tapi di dalam hatinya dia tidak datar.

Awalnya kupikir dia adalah pemuda aneh dan ganjil, tapi sama sekali tidak kuduga, dia hanya ‘orang baik’ yang sangat normal.

“Tadi, kau mengatakan kita teman, bukan?”

Saat aku mengatakan itu, Konoha menjawab dengan pendek “Mm”

“Jika begitu. Jangan terlalu memendam perasaanmu sendiri. Tidakkah kau kesepian?”

Hidupku telah diselamatkan oleh pemuda ini.

Aku tau aku tidak berada di posisi dimana aku boleh mengatakan hal seperti itu, tapi aku tidak ingin dia terbebani dengan perasaan-perasaannya itu.

Aku tidak tau apakah Konoha mengerti atau tidak tentang apa yang kuucapkan, tapi sekali lagi, dia menjawab dengan pendek, “Mm”

Entah mengapa aku merasa “Mm” yang ini lebih mengandung perasaan daripada “Mm” yang pertama, dan itu membuatku agak senang.

“...sudah waktunya kita kembali. Danchou akan marah kepada kita.”

"Mm."

Setelah berjalan sebentar, gedung mencurigakan dengan plat bernomor ‘107’ bisa dilihat.

Saat aku membuka dan masuk ke dalam, Kido dan Marry menyambutku bersamaan dengan “Selamat datang”

Seperti yang telah kuduga, aku klelahan.

Aku duduk di sofa dan menatap langit-langit, kelelahan di level tertinggi.

Bersamaan aku bengong, Marry mulai menjahit lubang dari baju Konoha dan Kido mulai terus menerus mengatakan “Kagerou Daze.......” yang sangat dia sukai.

Suara dari pintu masuk yang tiba-tiba dibuka dapat terdengar, dan dengan tidak jelas, suara langkah kaki yang kukenal datang ke ruangan ini.

Mendengar suara yang telah kukenal dengan lama, aku mengeluarkan kekuatan terakhirku dan mengatakan:

“Ah....selamat datang....”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar