Chapter
1 : Anyelir
Summary : Kau tau? Anyelir itu mempunyai
banyak
arti. Seperti anyelir merah ini yang kuberikan padamu mempunyai arti "Aku
mencintaimu." (KanoKido)
Disclaimer : KagePro milikku~ KagePro
milikku~ tapi bohong!
Di dalam sebuah mansion, ada seorang anak
lelaki berambut pirang berjalan di lorong besar. Dia berjalan dengan seringai
di mukanya. Setelah beberapa saat, dia sampai ditujuan. Berhenti tepat di depan
double-door kayu mahoni mewah, dia menghela napas dan kembali
berseringai, lalu dia membuka pintu itu.
"HI-ME-SA-MAAAAAA" kata anak
lelaki itu. Setelah dia mengatakan itu, bukannya disambut dengan kata-kata, dia
malah disambut dengan dua bantal yang dilemparkan ke kepalanya dengan full-power.
"...berisik..." kata orang yang
baru saja melemparkan bantal ke anak lelaki malang yang sekarang terlentang di
lantai dengan bantal menindih kepalanya.
"Adu-du-duh. Hime-sama kasar seperti
biasanya yah?" anak lelaki itu lalu menyingkirkan bantal yang ada di
kepalanya dan berdiri berjalan ke tempat tidur kamar tersebut. Di tempat tidur
itu terbaring seorang gadis berambut hijau yang dia panggil 'Hime-sama'.
"..."
"Hayo, hayo, waktunya bangun
Hime-sama~ Sudah pagi loh! P-a-g-i!" dia menggoyangkan tubuh anak
perempuan itu dengan lembut, tapi gadis itu tidak kunjung mau bangun, jadi dia
mulai mendekati gadis itu dan merangkak di atasnya, anak lelaki itu lalu
mendekatkan wajahnya ke gadis itu dan akhirnya-
"ITAI." –perutnya di hantam
membuatnya terpental jatuh dari tempat tidur. "-Ohok- -ohok- -ugghh-
Seperti yang sudah diduga dari Hime-sama, kekuatan yang luar biasa." dia
memegang perutnya yang kesakitan setelah di pukul.
"...itu salahmu sendiri...baka-shitsuji..." kata gadis itu
dengan pelan. Anak lelaki yang kesakitan itu, si 'shitsuji' hanya tersenyum.
"Maa, maa, habis Hime-sama enggak
bangun-bangun sih. Jadi kupikir Hime-sama terkena kutukan nenek sihir dan aku,
si pangeran tampan, akan mencium Hime-sama dan mematahkan kutukan itu~"
"Baka..."
"T-a-p-i sekarang kan Hime-sama sudah
bangun~ Se-mu-a-nya berakhir dengan bahagia."
dan diapun dihadiahi dengan sebuah
tonjokkan keras diperutnya lagi.
"Hari ini sarapannya briochi yang
dibuat oleh Kousuke, dengan teh rosemary yang diberikan oleh Mary."
Sekarang, sang putri dan pelayannya berada
di ruang makan. Sang putri yang sudah bangun dan sekarang duduk di kursi di
depan meja makan dengan pelayannya yang tersenyum sambil meletakkan makanan dan
minuman untuk dia makan.
"Hn..." Sang putri hanya
mengangguk kecil dan memakan makanannya. Pelayannya menunggu dengan sabar di
belakang sambil memperhatikan sang tuan putri.
Tuan putri Tsubomi Kido, anak kelima dari
konglomerat terkaya se-Jepang.
Tsubomi adalah anak yang 'tidak sengaja' lahir dari hasil perselingkuhan sang
ayah yang ke-sekian
kalinya dengan pembantu di rumah. Untuk
menutupi 'kesalahan' itu, ayahnya Tsubomi mengirimkannya ke mansion lama di
dalam hutan untuk tinggal sendiri.
Lalu si pelayan sekaligus bodyguardnya
Tsubomi, Shuuya Kano. Shuuya adalah anak resmi dari sang pembantu yang
diselingkuhi ayahnya Tsubomi. Ibunya yang lelah ditinggal oleh ayahnya Shuuya
berpaling kepada ayahnya Tsubomi, pada saat ayahnya mengetahui tentang
perselingkuhan ibunya, mereka langsung bercerai dan setelah itu ibunya depresi
dan bunuh diri. Dia lalu mengikuti Tsubomi ke mansion menemani setengah-adiknya
itu pergi.
"Bagaimana? Makanannya enak?"
tanya Shuuya setelah Tsubomi selesai melap mulutnya dengan serbet.
"...ya."
"Hmmm, kalau begitu bagaimana kalau
sekarang kita berkeliling? Bunga anyelir di taman sedang mekar bulan ini."
Tsubomi hanya mengangguk dan mengikuti Shuuya ke arah taman berada.
"Indahnya~" kata Shuuya.
Pemandangan yang dia lihat sekarang adalah bunga anyelir berbagai warna yang
memenuhi taman mansion Kido. Bunga-bunga yang bergoyang dengan lembut
dihempaskan angin dengan aroma khas bunga itu sendiri menyebar di udara,
benar-benar merupakan pemandangan yang indah.
"HEEIIIIII, Shuuuya-kuuuun,
Tsubomi-himeeeee." dari arah kanan terlihat seseorang dengan jumpsuit hijau
melambai-lambai ke tempat Shuuya dan Tsubomi. Pada tangan yang satunya dia
membawa siraman air.
"Kousuke kah. Hei Hime-sama, ingin
lihat apa yang sedang Kousuke lakukan?" anggukan kecil cukup untuk
menjawab pertanyaan Shuuya. Merekapun berjalan ke tempat Kousuke berada.
"Yo Kousuke, kerja bagus seperti
biasanya untuk makanan pagi ini, Hime-sama menyukainya. Iyakan,
Hi-me-ca-ma~"
"Umu."
"Oh, benarkah?! Syukurlah kalau
Tsubomi-hime menyukainya. Aku senang~" Kousuke berkata lalu dia
menghembuskan napas lega dan tersenyum. Tsubomi lalu membuka mulutnya dan
berkata dengan pelan
"Bunga anyelirnya...cantik...terima
kasih...telah merawatnya..."
"Ah~ Eh? Gak apa-apa kok! Mudah juga
kok merawatnya. Jadi tidak apa-apa!" Kousuke tersenyum malu dan
melambai-lambaikan tangannya.
Mata Shuuya langsung berubah menjadi
seperti kucing dan bertanya dengan nada menggoda. "Hoo~ Benarkah? Kudengar
untuk membuat bunga anyelir mekar dengan indah butuh perawatan yang intensif
loh~."
"Mou, Shuuya-kun! Gak terlalu sulit
kok. Soalnya Mary kadang-kadang juga membantuku..."
"Hmm, tentu saja. Kousuke kan pasti
semangat merawatnya kalau Mary juga ikut membantunya~" Semburat merah
muncul di wajah Kousuke.
"Shuuya-kun!"
"Hahaha, Kousuke mudah sekali di
godanya~"
Ya, Kousuke Seto, tukang kebun yang
merangkap sebagai koki di mansion Tsubomi. Kousuke ditemukan oleh Tsubomi
hanyut di sungai. Setelah diselamatkan oleh Tsubomi, dia berjanji untuk terus
melayaninya, kebetulan dia sangat pandai memasak dan suka berkebun.
Shuuya lalu memetik sekuntum anyelir merah
dan menyelipkannya ke rambut Tsubomi.
"Hime-sama paling suka bunga anyelir
kan? Memang menurutku bunga ini pas untukmu, apalagi artinya." mendengar
itu pipi Tsubomi langsung merona merah.
"Areeee, apakah Hime-sama sedang malu?
Kawa- -OHOK-"
daaaan sekali lagi Shuuya Kano berhasil dihantam oleh Tsubomi yang mukanya
merah sempurna.
***
Shuuya dan Tsubomi melanjutkan
perjalanannya. Mereka menjelajah ke dalam hutan ingin pergi ke suatu tempat.
Setelah beberapa waktu sampailah mereka ke sebuah rumah kayu yang hampir
ditutupi oleh tanaman-tanaman merambat. Mereka lalu ke depan pintu dan
mengetuknya.
"Mary~ Mary~ Ini Hime-sama dan Shuuya,
buka dooong!" sesaat setelah Shuuya meneriakkan itu, terdengar suara yang
keras dari dalam rumah "ah~ Mary jatuh lagi yah~?" pintunya pun lalu
terbuka dan terlihat gadis albino yang manis keluar.
"Shu-shuuya, Tsubomi...silahkan
masuk." rumah Mary itu kecil tetapi nyaman. Rak-rak terpenuhi dengan
buku-buku menghiasi ruang tamunya, Shuuya dan Tsubomi duduk di meja sambil
menunggu Mary membuatkan teh untuk mereka.
Mary Kozakura adalah gadis yang sudah lama
tinggal di hutan ini. Pada zaman dulu neneknya kabur ke hutan ini setelah
orang-orang mengusirnya karena mata merahnya yang dipercaya membawa kesialan
pada masa itu, tetapi pada akhirnya dia menetap disini dan mempunyai anak.
Sejak saat itu keturunannya tinggal di rumah ini.
"Mary...untuk rosemary yang kamu
berikan ke Kousuke...terima kasih." Tsubomi berkata sambil meminum teh
herbal seduhan Mary.
"Ah, eh, umm, sama-sama, aku senang
bisa membantu Kousuke dan Tsubomi." Mary tersenyum mendengar terima kasih
dari Tsubomi.
"Oi, oi, Kousuke dan Hime-sama?
Bagaimana denganku? Kau tidak senang membantuku?" tanya Shuuya dengan nada
bercanda tetapi perkataannya dijawab Mary dengan blak-blakan dan tanpa
perasaan.
"Oh? Kalau itu Shuuya aku tidak
peduli." Shuuya langsung membatu mendengar kata-kata kejam Mary. 'Jangan
bilang dia masih marah dengan kejadian itu?'
batin Shuuya berkata.
"...Aku juga ingin mengembalikan novel
yang kupinjam." Tsubomi lalu membuka tas kecil yang dia bawa dan
mengeluarkan sebuah buku tebal, kovernya bertuliskan 'Shinigami Record'. Dia
lalu meberikannya kepada Mary.
"Waaah, Tsubomi sudah selesai
membacanya yah? Jadi bagaimana menurutmu?"
"Ceritanya...menarik. Jarang-jarang
ada yang membuat cerita seperti itu."
"Iyakan, iyakan?! Novel ini dikarang
oleh nenekku, kata ibuku dia menulis kisah cintanya dengan kakek disitu!"
Mary mengatakan itu dengan mata yang berbinar-binar, rambutnya bahkan terlihat
seperti bergerak-gerak. Tsubomi mengangkat alisnya sedikit dan bertanya.
"...nenekmu medusa?"
"Tentu saja bukan! Matanya hanya merah
saja tapi dia manusia biasa. Nenekku
mengubah ceritanya agar lebih menarik,
tetapi alur ceritanya hampir mirip." Mary lalu terdiam sebentar seperti
memikirkan sesuatu dan melihat ke novel itu, dia lalu memeluk buku itu ke
dadanya. "Suatu hari nanti aku ingin semua orang bisa membaca semua buku
yang nenek dan ibuku buat ini. Aku ingin tau apa pendapat mereka, dan mungkin suatu
hari nanti aku akan membuat bukuku sendiri."
Shuuya yang dari tadi membatu karena
perkataan Mary akhirnya berbicara "Mary...tenang saja, suatu saat nanti
pasti kamu bisa mempublikasikan itu ke dunia luar! Aku dan hime-sama akan
membantumu, iyakan hime?"
Tsubomi mengangguk kecil dan berkata
"Tentu."
"Shuuya...Tsubomi...terima kasih!
Kalian adalah teman yang terbaik!" Mary lalu memeluk Tsubomi dan Shuuya
dengan erat, mereka bertiga pun tersenyum bersama.
Setelah pergi ke rumah Mary mereka
berjalan-jalan lagi di sekeliling hutan. Mereka melewati pepohonan dan
hewan-hewan yang ada di hutan sampai pada akhirnya mereka sampai di lembah
hijau yang luas. Angin sepoi-sepoi menghembus membawa aroma rumput yang khas.
Shuuya dan Tsubomi lalu berbaring di rerumputan yang hijau dan melihat ke
langit biru yang dihiaskan dengan awan. Keheningan yang nyaman datang kepada
mereka berdua. Setelah beberapa lama, Tsubomi pun memecahkan keheningan itu.
"Dunia luar...kah. Bisakah...tidak,
bolehkah aku keluar dari tempat ini?"
"Hime-sama...suatu saat kita akan
keluar dari sini kok, tenang saja."
"Tapi...penyebab aku ada disini...kan
kau sudah tau kenapa, Shuuya..."
"Biarpun begitu, suatu saat nanti aku
pasti akan mengeluarkanmu dari sini. Kita juga akan membawa Kousuke, dan juga
Mary. Setelah itu kita akan mempublikasikan buku-buku punya Mary. Dan lalu, dan
lalu...kita...akan hidup bahagia bersama." Shuuya lalu mendekatkan
tangannya ke Tsubomi dan akhirnya menggemgam tangan mungil yang mulus dan
lembut itu.
"Shuuya...Kenapa? Kenapa kau selalu
baik kepadaku? Kenapa kau selalu bersamaku? Kenapa kau tidak membenciku?
Padahal...karena ayahku ibumu..." Tsubomi mengeratkan genggamannya kepada
Shuuya, suaranya agak serak pada akhir kalimatnya.
"Kenapa? Benar juga katamu...kenapa
aku melakukan semua ini? Padahal penyebab keluargaku hancur adalah karena
ayahmu."
"Shuuya..."
"Tapi aku tidak perduli dengan semua
itu. Malah aku bersyukur."
"...he?
"Karena jika itu tidak terjadi maka
Tsubomi tidak akan lahir." Tsubomi hanya diam menunggu Shuuya melanjutkan
perkataannya, biasanya saat Shuuya memanggilnya dengan namanya dia berarti
sedang serius.
"Bagiku, Tsubomi adalah hal terindah
yang pernah datang kediriku. Waktu-waktu yang kulewati bersama Tsubomi adalah
harta paling berharga. Biarpun aku akan lebih senang jika Tsubomi bukan
setengah-adikku sih~" pada kalimat terakhir, nada bicara Shuuya berganti
menjadi nada menggoda."Karena aku kan suka Tsubomi~"
'doki'
'doki' jantung Tsubomi langsung berdebar cepat
mendengar itu. Mukanya langsung memerah semerah tomat. "Areeee, Tsubomi
malu yah? Kawaii~" sebuah tonjokkan mengarah ke arah Shuuya, tapi dia
menangkapnya dan lalu Shuuya dengan cepat merangkak di atas badan Tsubomi.
Tsubomi pun melihat wajah Shuuya yang serius dekat dengan wajahnya. Tangan
Shuuya lalu mengusap-ngusap pipi Tsubomi dengan lembut.
"Tsubomi...aku, Shuuya Kano,
benar-benar menyukaimu. Sejak kita kecil, sejak aku melihatmu pertama kalinya,
aku langsung jatuh cinta kepadamu. Aku tidak peduli kau itu mau anak haram
ataupun setengah-adikku, aku benar-benar mencintaimu." Tsubomi tidak bisa
berkata apa-apa. Matanya terbuka lebar terkejut. Semburat merah kembali
menghias mukanya lalu dia mengambil anyelir merah yang ada di rambutnya dan
memberikannya kepada Shuuya.
"Tsubomi?"
"...bunga anyelir itu setiap warna
memiliki arti...dan arti untuk bunga anyelir merah...kau sudah tau
kan...?" Tsubomi lalu memalingkan wajahnya yang masih merah dari Shuuya.
Shuuya setelah beberapa lama memproses informasi baru yang dia dapat, akhirnya
dapat mengeluarkan kata-kata.
"Itu artinya...Tsubomi juga...?"
dia bertanya untuk memastikan apakah yang dia pikir itu benar atau tidak.
"Menurutmu?" senyuman lebar mekar
dari wajah Shuuya, dia lalu memeluk Tsubomi kesenangan. "He-hei,
Shuuya!"
"hahaha, syukurlah. Aku sudah
membayangkan Tsubomi akan menolakku. Aku bersyukur Tsubomi juga
menyukaiku!" Shuuya tidak bisa menghentikan tawa kebahagiaannya. Dia
sangat senang sampai-sampai serasa akan ke surga.
"Dasar...baka-Shuuya."
"Yah, aku memang bodoh...tapi aku si
bodoh milikmu." Shuuya menutup matanya menyiapkan diri untuk di pukul
Tsubomi. Tetapi pukulan itu tidak kunjung datang, yang datang malah sesuatu
yang lembut dan hangat menempel di bibirnya. Dia terkejut dan langsung membuka
matanya dan yang dia lihat adalah Tsubomi...yang menciumnya. Tsubomi lalu
melepas ciuman itu dan menunduk ke bawah. Semburat merah langsung menghiasi
pipi Shuuya. "Tsu...bomi?"
Tsubomi yang sangat malu sampai serasa ingin
mati tidak menatap Shuuya. Dia hanya melihat ke bawah dan mencoba menghitung
rerumputan. Sebuah tangan yang kasar,
karena melakukan berbagai pekerjaan,
namun hangat menempel di pipinya.
"Tsubomi...bolehkah kita
melakukannya...lagi?" tanya Shuuya dengan nada yang lembut. Membuat hati
Tsubomi luluh.
"Harusnya kau tidak perlu bertanya
lagi, bodoh."
"Hehehe, iya yah, harusnya aku tidak usah bertanya
lagi." Shuuya pun mendekatkan mukanya kepada Tsubomi. Ciuman itu, biarpun
hanya beberapa detik, bagi pasangan putri-pelayan itu serasa seperti
bertahun-tahun. Setelah mereka lepas beberapa saat untuk menarik napas, mereka
kembali mengahantupkan bibir mereka. Hal itu terus berulang sampai akhirnya
matahari terbenam.
***
"Haaaaah, sepertinya hari sudah
beranjak malam yah, hime-sama?"
Setelah kejadian di lembah itu, mereka
kembali berjalan ke arah mansion. Biarpun sudah agak gelap, Shuuya dengan mudah
berjalan tanpa terhantup dengan apapun.
"Memangnya kau pikir itu salah siapa?
Karena kau kita jadi terlambat pulang."
"Ah, tapi kan itu juga gara-gara
hime-sama. Habis sih sepertinya hime-sama belum puas dengan sekali ciuman itu
dan pada akhirnya kita berdua terus berciuman berkali-kali kan?"
Semburat merah menghias wajah Tsubomi,
biarpun dia ingin menghantam Shuuya, dia menghentikan itu. "kau...jangan
mengatakan hal seperti itu dengan biasa saja!"
"Hahaha, hime-sama memang mudah untuk
digoda~"
Sambil mereka terus berdebat dijalan,
Kousuke yang berdiri di depan pintu mansion bersama Mary melambai-lambai ke
arah mereka.
"Tsubomi-himeeee, Shuuya-kuuuun.
Kalian tidak pulang-pulang membuatku khawatir saja. Aku hampir saja ingin
mencari kalian dengan bantuan Mary." Shuuya lalu menepuk kedua tangannya
seperti tanda minta maaf.
"Maaf, maaf. Kami kelupaan
waktu." Kousuke hanya menghela napas dan dengan pasrah berkata.
"Yah , sudahlah. Yang penting kalian
berdua tidak kenapa-napa."
"hahaha, iyayah."
Mereka semua lalu masuk ke dalam mansion.
Kousuke memasakkan makan malam dan Mary membantunya. Shuuya dan Tsubomi
menyiapkan meja makan. Setelah makan malam bersama yang menyenangkan Mary
pulang ke rumahnya ditemani dengan Kousuke. Tinggal Shuuya dan Tsubomi berdua,
setelah itu mereka berdua pergi ke taman. Bunga-bunga anyelir yang disinari
dengan bulan membuatnya menjadi malam yang indah.
"Hei Tsubomi. Soal perkataanku yang
tentang aku ingin mengeluarkanmu tadi itu, aku benar-benar berniat untuk itu.
Aku pastinya suatu hari nanti akan melakukannya, aku janji." Shuuya
menggemgam tangan Tsubomi denga erat dan dengan satunya membuat janji kelingking
dengan Tsubomi.
"Aku akan menunggu waktu itu, tapi
untuk sekarang...aku hanya ingin menikmati waktuku bersama denganmu."
"Aku juga."
Flower Meaning
Anyelir(dalam bahasa inggris itu Carnation)
adalah birthflower buat bulan January, saya sengaja milih bunga ini karena Kido
lahir di bulan January. Arti bunga anyelir adalah cinta, kebanggan, kecantikan,
kesucian, perbedaan, pesona, dan loyal. Bunga yang pas untuk Kido menurut saya.
Sedangkan untuk pesan tersembunyi tiap warna bunga anyelir adalah:
Anyelir pink artinya kasih sayang.
Anyelir putih artinya cinta suci.
Anyelir belang artinya cinta bertepuk
sebelah tangan, dan
Anyelir merah artinya Aku Mencintaimu
Wahh.. fanficnya bagus 😊
BalasHapusSemangat terus nulisnya
Ganbatte 😊😊